PPP dan Partai Gerindra Berpaling, Peluang Junaedi Maju di Pilwali Mojokerto 2024 Kian Tipis
MOJOKERTO, SuryaTribun.Com – Junaedi Malik bakal jadi satu-satunya sosok penantang petahana Ika Puspitasari atau Ning Ita di Pemilihan Walikota (Pilwali) Mojokerto 2024.
Namun, saat ini peluangnya kian tipis setelah PPP dan Partai Gerindra menjatuhkan rekomendasi kepada Ning Ita.
Ning Ita memutuskan berpasangan dengan Rektor Universitas Islam Majapahit (UNIM), Rachman Sidharta Arisandi atau Andi.
Ia telah mengantongi rekomendasi dari PDIP, Partai Demokrat, PKS, Partai Gerindra, PAN dan PPP.
Selanjutnya, Ning Ita-Andi mengejar rekomendasi dari Partai NasDem dan Partai Golkar yang akan tuntas dalam pekan ini.
Mereka optimis ketika mendaftar ke KPU 27-29 Agustus nanti, diusung delapan parpol yang menguasai 21 dari 25 kursi DPRD Kota Mojokerto periode 2024-2029.
“Ini ketemu kliknya dalam lima tahun yang sering bersama dengan rekan-rekan legislatif sehingga delapan parpol bisa bersatu dalam satu koalisi bagaimana membawa Kota Mojokerto ke depan,” ujar Ning Ita kepada wartawan, Kamis, 22 Agsutus 2024.
Bahkan, Ning Ita-Andi siap menjadi paslon tunggal melawan bumbung kosong di Pilwali Mojokerto 2024.
“Insya Allah, ya kita lihat jalannya besok kita ikuti saja mekanismenya,” ujarnya.
Sementara itu, Junaedi Malik dari awal berniat melawan petahana. Ketua DPC PKB Kota Mojokerto ini bergerilya mencari dukungan dari warga Nahdliyin akar rumput. Ia juga menjalin kerja sama politik dengan pengurus Partai Gerindra dan PPP Kota Mojokerto pada 27 Mei 2024.
Namun, peluang Junaedi maju di Pilwali Mojokerto 2024 kian tipis sejak PPP dan Partai Gerindra berpaling ke pasangan Ning Ita-Andi. Rencana koalisisi PKB dengan dua partai tersebut pun sirna.
Sekalipun mengantongi rekomendasi dari PKB, Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto Periode 2019-2024 itu belum memenuhi syarat untuk mendaftar ke KPU. Sebab PKB hanya mempunyai empat kursi.
Sekretaris DPC PPP Kota Mojokerto, Iwut Widiantoro mengatakan, partainya memberikan rekomendasi kepada pasangan Ning Ita-Andi di Pilwali 2024. Sehingga mau tak mau, pihaknya harus mengusung dan memenangkan petahana dengan meninggalkan Junaedi.
“Otomatis (kerja sama dengan Junaedi pupus) kalau Rekom sudah turun kami menjalankan tugas saja,” ujarnya.
Mendekati masa pendaftaran Oaslon, Iwut masih berharap Junaedi mendapatkan rekomendasi dari PKB dan partai lainnya. Sehingga pasangan Ning Ita-Andi tidak perlu melawan bumbung kosong.
“Harapan saya tetap ada lawan biar demokrasi di Kota Mojokerto berjalan. Jika tidak, demokrasi mundur ke belakang,” ujarnya.
Ketua DPC Partai Gerindra Kota Mojokerto, Mochammad Harun juga mengamini rekomendasi partainya jatuh ke pasangan Ning Ita-Andi. Kebijakan DPP tersebut otomatis membuat pupus niatnya menjalin koalisi dengan PKB untuk mengusung pasangan Junaedi-Harun.
“Namun, Rekom (Partai Gerindra) akhirnya ke Ning Ita, itu lah dinamika. Hari ini saya harus all out karena perintahnya jelas untuk membantu Ning Ita,” ucapnya.
Senada dengan Iwut, Harun masih berharap ada sosok yang menjadi lawan Petahana di Pilwali Mojokerto 2024. Menurutnya, paslon tunggal membuat dinamika politik di Kota Onde-onde menjadi tidak sehat.
“Kalau lawan bumbung kosong, yang jelas dinamika politik berjalan tidak sehat. Kompetisi seharusnya ada Paslon lain. Kalau bumbung kosong sudah membunuh dinamika politik di daerah,” pungkasnya.
Berdasarkan hasil Pemilu 2024, DPRD Kota Mojokerto didominasi PDIP dengan lima kursi. Disusul PKB yang mendapatkan empat kursi, PKS, Partai NasDem dan Partai Demokrat masing-masing tiga kursi, Partai Gerindra, Golkar dan PAN masing-masing dua kursi, serta PPP hanya satu kursi. (*/red)