RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto Telantarkan Pasien Laka Lantas dalam Kondisi Kritis Sudir dirawat di RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto
Sudir dirawat di RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto
Pelayanan RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto dinilai sangat mengecewakan. Penilaian itu tidak lepas dari buruknya respon oknum petugas RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto dalam melayani pasien kecelakaan lalu lintas (laka lantas).
Pasien tersebut bernama Sudir (33 tahun), warga Dusun Sambi Kerep, Desa Pandankrajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Dia mengalami kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, pada Minggu dini hari, 12 Januari 2025, sekitar jam 02.00 WIB.
Akibat kecelakaan itu, Sudir mengalami cidera di kepalanya. Dari hasil rontgen, rahangnya patah dan terdapat luka di otaknya. Harusnya, Sudir menjalani perawatan intensif supaya cidera di kepalanya tidak bertambah parah. Namun, pihak RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto tidak mengambil tindakan serius, dan Sudir cuma diperiksa biasa dan diinfus.
“Sampai sekarang, tidak ada kepastian untuk penanganan yang lebih intensif. Kondisi Sudir drop dan tidak sadarkan diri. Mau dioperasi. Cuma pihak RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto bilang terkendala administrasi. Alasannya biaya. Sekarang cuma diinfus saja,” kata Aris Gunawan ketua LSM FPSR mewakili pihak keluarga Sudir dalam pernyataannya kepada wartawan pada Senin, 13 Januari 2025.
Aris menyebutkan, dalih lain yang membuat leletnya pelayanan pihak RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto dalam menangani pasien bernama Sudir ialah koordinasi dengan pihak Kepolisian. Dari penjelasan Aris, petugas RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto bernama Nova beralasan tidak cepat-cepat menangani Sudir karena menunggu kronologi kecelakaan dari Kepolisian.
“Pihak keluarga disuruh ke Polres Mojokerto. Nova menyuruh ke Polres Mojokerto. Saat ke Polres Mojokerto, rupanya yang menangani Polres Mojokerto Kota. Mau minta nomor telpon Polisi yang menangani, alasannya privasi. Ini namanya mempersulit hak masyarakat yang sedang kritis untuk mendapat pelayanan yang maksimal. Ini rumah sakit milik Pemerintah, tapi tidak pro kepada rakyat kecil,” tegas Aris.
Buruknya pelayanan RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto tidak hanya dialami oleh Sudir. Temannya Sudir yang kecelakaan bersama Sudir, juga dipersulit saat memproses jenazahnya. Dijelaskan Aris, Sudir mengalami kecelakaan bersama dengan Eko, warga Dusun Sidomengku, Desa Cendoro, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
Eko meninggal dunia saat hendak dirawat di RSUD Raden Achmad Basoeni Mojokerto. Saat kecelakaan pada Minggu (12/1/2025) dini hari, posisi Sudir sedang dibonceng oleh Eko. Keduanya berboncengan mengendarai motor matic.
Dijelaskan Aris, sebelum kecelakaan pada Minggu dini hari itu, Eko dan Sudir keluar berboncengan. Saat perjalanan itu tepatnya di Jalan Raya Kemlagi, dia ditabrak dari belakang oleh mobil. Seketika itu keduanya terpelanting ke aspal dan kepalanya membentur aspal.
Eko mengalami luka parah, dan meninggal dunia saat dibawa ke RSUD Raden Achmad Basoeni. Sedangkan Sudir mengalami cidera di kepalanya. Pengemudi mobil yang menabrak kabur, dan masih dalam proses penyelidikan oleh Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Mojokerto Kota.
Setelah mengalami kecelakaan itu, Sudir dan Eko dibawa ke RSUD Raden Achmad Basoeni oleh Satlantas Polres Mojokerto Kota. Eko nyawanya tidak tertolong. Sedangkan Sudir tidak mendapatkan pelayanan maksimal, malah seakan ditelantarkan.
“Sampai di RSUD Raden Achmad Basoeni jam 03.00 sampai jam 09.00 WIB, tidak dilayani. Baru jam 9-an, cuma diinfus saja. Saya tanya kenapa tidak segera ditangani, kata petugas RSUD Raden Achmad Basoeni, nunggu kronologi dari Polres. Aku telpon Kapolres Mojokerto, ternyata tidak ada penanganan kasus kecelakaan. Ternyata yang menangani Polres Mojokerto Kota. Pelayanan terhadap Sudir seakan diulur. Ini menyangkut nyawa, tapi kenapa hak rakyat miskin sangat sulit mendapat pelayanan maksimal di rumah sakit milik Pemerintah,” kata Aris.
Kekecewaan Aris terhadap pelayanan RSUD Raden Achmad Basoeni membuncah ketika jenazah Eko hendak dipulangkan ke kediamannya. Pihak RSUD Raden Achmad Basoeni mengenakan biaya ambulance Rp 1 juta untuk memulangkan jenazah Eko.
“Keluarganya tidak mampu. Berhubung tidak punya uang, maka pihak keluarga Eko mencari hutangan. Jika tidak bayar, jenazah Eko digeletakkan begitu saja tidak diurus,” jelas Aris.
Aris berharap kepada Pemerintah Kabupaten Mojokerto atau Pemerintah Kota Mojokerto mengevaluasi pelayanan dari RSUD Raden Achmad Basoeni. Jika tidak, masyarakat akan susah memperoleh akses pelayanan kesehatan yang baik.